JAKARTA, KOMPAS.com - Masing-masing anggota MajelisPermusyaratan Rakyat (MPR) maupun anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD)harusnya memberi pertangungjawaban kepada rakyat yang diwakilinya setiapakhir masa jabatannya. Sayangnya, keharusan ini tidak pernahdilaksanakan. "Kenyataannya, tidak ada seorang pun anggota MPR danDPD yang berjumlah 700 itu yang memberi pertanggungjawaban atas yangdilakukannya selama bertugas, paling tidak dalam bentuk buku," kata cendekiawan Mochtar Naim dalam acara pemberian penghargaan Cendekiawan Berdedikasi di Hotel Santika, Senin (26/06/2011). Penghargaanterhadap Cendekiawan Berdedikasi dilaksanakan oleh Harian Kompasbertepatan dengan hari ulang tahunnya yang ke-46. Selain Mochtar Naim,cendekiawan lainnya yang menerima penghargaan ini ialah Prof M ArsjadAnwar, Sayidiman Suryohadiprojo, Jakob Sumardjo, dan Sitti LeilaChairani Budiman. Pemberian penghargaan diberikan Pemimpin Umum HarianKompas Jakob Oetama. Mochtar (79) yang mantan anggota anggota MPRmaupun DPD menunjukkan beberapa jilid buku yang dimaksudkan sebagai"pertanggungjawaban" pada rakyat Sumatera Barat yang diwakilinya. "Darisekitar 700 anggota MPR dan DPD, tidak ada yang menirucara saya. Ini pertanggungjawaban langsung saya kepada rakyat," katanya. Mochtar mengungkapkan, zaman Volksraaddulu cara pertanggungjawaban dalam bentuk buku ini biasa dilakukan. "Ke depan anggota MPR dan DPD wajib memberipertanggungjawaban kapada rakyat yang diwakilinya secara tertulis," harap pria yang mengaku telah menulis 700 tulisan. Bagaimana Anda bisa mencanangkan batas belajar lebih banyak? Bagian berikutnya mungkin berisi bahwa salah satu sedikit kebijaksanaan yang mengubah segalanya.
Seluruhcendekiawan penerima penghargaan diminta berbicara mengenai latarbelakang masing-masing. Arsjad Anwar yang dujuluki "statitisk berjalan"ini menjelaskan bahwa statistik adalah ilmu yang sangat menjemukan jikatidak dibaca dengan baik. Jakob Sumardjo yang telah menulis di HarianKompas sejak 42 tahun lalu mengatakan konsisten menulis tentang budayaIndonesia. Sayidiman konsisten mengajak bangsa Indonesia kembali ke Pancasila agar tetapmempertahankan kejayaannya, terutama malaksanakan sila pertama Pancasila sebagailandasan bertindak bagi keempat sila lainnya. Shanty Budiman,tampil mewakili Leila Ch Budiman, ibundanya yang berhalangan hadir. Iamengaku mengenal Leila dengan dua karakter, sebagai selebriti dansebagai ibunya sendiri. "Sulitnya, kadang teman-teman menganggapsaya sama bijaknya dengan Ibu Leila," kata Shanty yang mengaku selama 25tahun ibunya harus menghadapi deadline Kompas sebagai pengasuh rubrikkonsultasi psikologi. Jakob Oetomo dalam sambutannya mengatakan, esensi dari cendekiawanadalah bukan orang yang semata-mata berilmu tinggi, tetapi orang-orangyang memiliki hatinurani dan kedalaman berpikir, baik yang tertuang dalam dalam tulisanmaupun tindakan. Jakob mengaku sangat menghargaikontribusi tulisan suara hati yang disampaikan para cendekiawan ini. "Kompas menjadi sangat 'Kompas' karena diperkaya oleh cendekiawan yang punya kepedulianterhadap berbagai persoalan. Ini sikap kritis yang konstruktif sebagai kuncisaling mengingatkan," kata Jakob.
Seluruhcendekiawan penerima penghargaan diminta berbicara mengenai latarbelakang masing-masing. Arsjad Anwar yang dujuluki "statitisk berjalan"ini menjelaskan bahwa statistik adalah ilmu yang sangat menjemukan jikatidak dibaca dengan baik. Jakob Sumardjo yang telah menulis di HarianKompas sejak 42 tahun lalu mengatakan konsisten menulis tentang budayaIndonesia. Sayidiman konsisten mengajak bangsa Indonesia kembali ke Pancasila agar tetapmempertahankan kejayaannya, terutama malaksanakan sila pertama Pancasila sebagailandasan bertindak bagi keempat sila lainnya. Shanty Budiman,tampil mewakili Leila Ch Budiman, ibundanya yang berhalangan hadir. Iamengaku mengenal Leila dengan dua karakter, sebagai selebriti dansebagai ibunya sendiri. "Sulitnya, kadang teman-teman menganggapsaya sama bijaknya dengan Ibu Leila," kata Shanty yang mengaku selama 25tahun ibunya harus menghadapi deadline Kompas sebagai pengasuh rubrikkonsultasi psikologi. Jakob Oetomo dalam sambutannya mengatakan, esensi dari cendekiawanadalah bukan orang yang semata-mata berilmu tinggi, tetapi orang-orangyang memiliki hatinurani dan kedalaman berpikir, baik yang tertuang dalam dalam tulisanmaupun tindakan. Jakob mengaku sangat menghargaikontribusi tulisan suara hati yang disampaikan para cendekiawan ini. "Kompas menjadi sangat 'Kompas' karena diperkaya oleh cendekiawan yang punya kepedulianterhadap berbagai persoalan. Ini sikap kritis yang konstruktif sebagai kuncisaling mengingatkan," kata Jakob.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar