DENPASAR, KOMPAS.com - Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi, Jimly Asshiddiqie, menilai negara ini masih jauh dari politik yang bersih. Bahkan negara ini masih terlena dengan budaya siap menang, tetapi tidak siap kalah. Pemimpinnya pun, lanjutnya, masih berada pada taraf untuk kepentingan jangka pendek. Jika Anda menemukan diri Anda bingung dengan apa yang Anda sudah membaca hingga saat ini, jangan putus asa. Semuanya harus jelas pada saat Anda selesai.
"Semestinya pilpres 2014 menjadi lebih baik. Tidak lagi berhadapan dengan peraturan yang tidak stabil serta masalah data kependudukan. Jika program e-KTP bisa lancar, tentu saja masalah bisa mulai bertahap teratasi," kata Jimly, pada diskusi singkat di Kantor KPU Provinsi Bali, di Denpasar, Sabtu (10/9/2011) sore ini. Ia pun mengkritik adanya anggota KPU baik pusat maupun daerah yang tidak jujur. Menurut Jimly, ini mengecewakan. Karena itu, ia berharap pemimpin masa depan harus berani tidak populer. "Tentu saja, pemimpin yang setia pada rakyat dan mengedepankan kepentingan jangka panjang, serta tak lagi melekat pada partai atau apa pun," ujarnya.
"Semestinya pilpres 2014 menjadi lebih baik. Tidak lagi berhadapan dengan peraturan yang tidak stabil serta masalah data kependudukan. Jika program e-KTP bisa lancar, tentu saja masalah bisa mulai bertahap teratasi," kata Jimly, pada diskusi singkat di Kantor KPU Provinsi Bali, di Denpasar, Sabtu (10/9/2011) sore ini. Ia pun mengkritik adanya anggota KPU baik pusat maupun daerah yang tidak jujur. Menurut Jimly, ini mengecewakan. Karena itu, ia berharap pemimpin masa depan harus berani tidak populer. "Tentu saja, pemimpin yang setia pada rakyat dan mengedepankan kepentingan jangka panjang, serta tak lagi melekat pada partai atau apa pun," ujarnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar