DENPASAR, KOMPAS.com - Ketua Umum DPP Partai Golkar, Aburizal Bakrie mengaku prihatin atas kekerasan yang terjadi belakangan ini di Indonesia. "Untuk mengantisipasi tindakan kekerasan itu maka peran agama sebagai sebuah institusi merupakan faktor penting guna membedah persoalan eksternal dan internal manusia, agar tercipta suatu kehidupan beragama yang kondusif," katanya di Denpasar, Kamis (21/4/2011) malam. Pada sambutan acara Dharma Santhi Hari Raya Nyepi Tahun Saka 1933 itu, Aburizal mengharapkan, pihak penegak hukum menuntaskan masalah-masalah yang ada, sebab perilaku yang mengemuka saat ini menjurus pada terjadinya perpecahan umat beragama. "Perilaku masyarakat saat ini berpotensi disintegrasi dan intoleransi antarumat beragama," kata Aburizal yang akrab dipanggil Ical. Dikatakan, gangguan kerukunan yang terjadi mutlak harus dihentikan dan tegas dengan tindakan hukum. "Tidak ada satu agama pun yang menoleransi kekerasan tersebut," tegas Ical. Setelah Anda mulai bergerak melampaui informasi latar belakang dasar, Anda mulai menyadari bahwa ada lebih banyak
dari Anda mungkin memiliki pikiran pertama.
Ia mengatakan, gerakan radikalisme dan tindak kekerasan bukan ciri masyarakat monolitik. Ical yakin ada faktor eksternal yang mempengaruhi perilaku kekerasan yang mengemuka belakangan ini. "Faktor yang mempengaruhinya seperti politik, keamanan, sosial dan lain sebagainya," katanya. Untuk itu, kata dia, tidak ada jalan lain selain segera menghentikan gerakan-gerakan tersebut dengan penegakan hukum yang pasti. "Kekerasan tersebut sudah menjurus destruktif dan memecah belah bangsa. Memahami agama, harus dibarengi dengan akal sehat," ucapnya. Dikatakan, agama tidak mengajarkan kekerasan. Agama hadir untuk memberikan cahaya bagi perdamaian antarumat. Untuk itu, Ical berharap agama tak boleh menutup diri dari luar komunitasnya dan harus membangun jejaring dengan kelompok lain, agar tercipta kebersamaan dalam bingkai persaudaraan. "Agama harus berani membuka dirinya untuk memberikan edukasi secara terus menerus kepada pemeluknya mau pun umat lain agar tercipta toleransi antarumat beragama," katanya.
Ia mengatakan, gerakan radikalisme dan tindak kekerasan bukan ciri masyarakat monolitik. Ical yakin ada faktor eksternal yang mempengaruhi perilaku kekerasan yang mengemuka belakangan ini. "Faktor yang mempengaruhinya seperti politik, keamanan, sosial dan lain sebagainya," katanya. Untuk itu, kata dia, tidak ada jalan lain selain segera menghentikan gerakan-gerakan tersebut dengan penegakan hukum yang pasti. "Kekerasan tersebut sudah menjurus destruktif dan memecah belah bangsa. Memahami agama, harus dibarengi dengan akal sehat," ucapnya. Dikatakan, agama tidak mengajarkan kekerasan. Agama hadir untuk memberikan cahaya bagi perdamaian antarumat. Untuk itu, Ical berharap agama tak boleh menutup diri dari luar komunitasnya dan harus membangun jejaring dengan kelompok lain, agar tercipta kebersamaan dalam bingkai persaudaraan. "Agama harus berani membuka dirinya untuk memberikan edukasi secara terus menerus kepada pemeluknya mau pun umat lain agar tercipta toleransi antarumat beragama," katanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar