JAKARTA, KOMPAS.com- Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Linda Amalia Sari mengatakan,bukan hanya nama besar untuk menjadi perempuan calon pemimpin yang ideal2014 nanti, tetapi harus juga memiliki sifat androgini. Linda menjelaskan, sikap androgini adalah penggabungan antara sikap maskulin dan feminim. Tegas dalam mengendalikan situasi dan kondisi dan diimbangi kelembutan saat berada pada situasi-situasi yang memang membutuhkan sikap itu. "Kepemimpinan androgini dimana perempuan memiliki kemampuan menyimbangkan kualitas baik secara maskulin maupun feminim. Perempuan harus mampu menunjukkan jati diri sebagai pemimpin. Tidak perlu meniru seperti laki-laki tapi juga tidak malu menunjukkan kelembutan sebagai wanita untuk situasi tertentu," kata Linda dalam sambutan di diskusi Kepemimpinan Indonesia 2014 Laki atau Perempuan, di Gedung Kowani, Kamis (03/03/2011). How can you put a limit on learning more? The next section may contain that one little bit of wisdom that changes everything.
Menurut Linda, sebenarnya tidak ada lagi hambatan bagi perempuan untuk menjabat dalam pemerintahan. Namun, hal itu bisa terwujud jika kemampuan sebagai tipe androgini bisa diperjuangkan, melalui pelatihan kemampuan manajerial, di antaranya kemampuan mengendalikan situasi apapun, mengawasi, memperbaiki, memberi inspirasi, kemampuan mengeluarkan keputusan dan tetap mengedepanlan keadilan gender. Apalagi Undang-Undang Dasar 1945, menurut Linda, sudah menunjukkan adanya jaminan kesetaraan dalam memperoleh hak dalam negara, baik pria maupun wanita. Tergantung bagaimana implementasinya dalam masyarakat. "Harus diperjuangkan dari sekarang agar berbagai sektor harus melibatkan perempuan dan pria dengan setara, tidak membeda-bedakan. Saya kira UUD 1945 sudah menjamin hak dan kewajiban terhadap semua warga termasuk perempuan dan laki-laki untuk mendukung itu," ujar Linda. Linda menambahkan, dengan adanya perempuan Indonesia bertekad menjadi pemimpin yang androgini, ini akan menyurutkan suara-suara sumbang dari sebagian masyarakat yang selama ini selalu meremehkan kemampuan perempuan. Ia sangat yakin perempuan Indonesia juga bisa menjadi pemimpin yang menegakkan keadilan dan pembangunan merata tanpa menutup mata pada kesetaraan gender. Menjelang Pemilu Pilpres 2014, berbagai nama calon presiden mulaiterdengar, antara lain nama-nama tokoh perempuan seperti Sri Mulyani, jugaKristiani Herawati yang lebih dikenal dengan panggilan Ani Yudhoyono.
Menurut Linda, sebenarnya tidak ada lagi hambatan bagi perempuan untuk menjabat dalam pemerintahan. Namun, hal itu bisa terwujud jika kemampuan sebagai tipe androgini bisa diperjuangkan, melalui pelatihan kemampuan manajerial, di antaranya kemampuan mengendalikan situasi apapun, mengawasi, memperbaiki, memberi inspirasi, kemampuan mengeluarkan keputusan dan tetap mengedepanlan keadilan gender. Apalagi Undang-Undang Dasar 1945, menurut Linda, sudah menunjukkan adanya jaminan kesetaraan dalam memperoleh hak dalam negara, baik pria maupun wanita. Tergantung bagaimana implementasinya dalam masyarakat. "Harus diperjuangkan dari sekarang agar berbagai sektor harus melibatkan perempuan dan pria dengan setara, tidak membeda-bedakan. Saya kira UUD 1945 sudah menjamin hak dan kewajiban terhadap semua warga termasuk perempuan dan laki-laki untuk mendukung itu," ujar Linda. Linda menambahkan, dengan adanya perempuan Indonesia bertekad menjadi pemimpin yang androgini, ini akan menyurutkan suara-suara sumbang dari sebagian masyarakat yang selama ini selalu meremehkan kemampuan perempuan. Ia sangat yakin perempuan Indonesia juga bisa menjadi pemimpin yang menegakkan keadilan dan pembangunan merata tanpa menutup mata pada kesetaraan gender. Menjelang Pemilu Pilpres 2014, berbagai nama calon presiden mulaiterdengar, antara lain nama-nama tokoh perempuan seperti Sri Mulyani, jugaKristiani Herawati yang lebih dikenal dengan panggilan Ani Yudhoyono.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar