JAKARTA, KOMPAS.com - Terdakwa kasus percobaan penyuapan terhadap pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Ary Muladi, mengaku khawatir jika putusan Mahkamah Agung (MA) yang menolak kasasi Anggodo Widjojo akan berimbas pada dirinya. Kuasa hukum Ari Muladi, Sugeng Teguh Santoso menilai, putusan MA yang mengatakan Anggodo bersama-sama Ary Muladi melakukan pemufakatan jahat tersebut berlebihan. "Dia (Ary) khawatir, apalagi namanya disebut bersama-sama. Sebetulnya, putusan itu berlebihan karena itu bukan perkara Ary Muladi," kata Sugeng usai mendampingi Ari di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi, Jakarta, Jumat (4/3/2011). Seperti diberitakan, MA menolak kasasi Anggodo. Menurut putusan tersebut, selain terbukti melakukan pemufakatan jahat dan tindak pidana korupsi sebagaimana diatur dalam Pasal 15 jo Pasal 5 ayat (1) Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999, Anggodo juga terbukti dengan sengaja mencegah, merintangi, atau menggagalkan penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di sidang pengadilan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana diatur dalam Pasal 21 UU Nomor 31 Tahun 1999. It's really a good idea to probe a little deeper into the subject of mobil keluarga ideal terbaik indonesia. What you learn may give you the confidence you need to venture into new areas.
Anggodo bersama-sama dengan Ary Muladi secara sah dan meyakinkan terbukti melakukan pemufakatan jahat untuk melakukan perbuatan korupsi, yakni mencoba menyuap pimpinan dan penyidik KPK. Upaya suap lebih dari Rp 5 miliar tersebut dilakukan guna menggagalkan penyidikan kasus korupsi Sistem Komunikasi Radio Terpadu (SKRT) di Departemen Kehutanan melibatkan Anggoro yang kini masih buron. Dengan terbuktinya pasal 21 dan terdapat nama Ary dalam putusan tersebut, Sugeng khawatir jika Ary terseret dalam perkara menghalang-halangi penyidikan seperti Anggodo. "Ary menghalang-halangi itu tidak. Karena pertama, kronologis itu palsu." kata Sugeng. "Yang melaporkan pasal 21 itu saya, yang dilimpahkan oleh Mabes Polri itu kan pasal percobaan penyuapan. Tapi, yang melaporkan pasal 21 menghalangi penyidikan itu kami pada 13 November. Jadi, tidak mungkin Ary mau melaporkan hal itu kalau dia terlibat," papar Sugeng. Dia juga menjelaskan, bahwa peran Ary dan Anggodo dalam perkara percobaan suap tersebut berbeda. Bahkan dalam pemeriksaan di Mabes Polri, kliennya itu mencabut berita acara pemeriksaan sebelumnya yang mengatakan dirinya memberi Rp 5 miliar kepada pimpinan KPK, Bibit Samad Rianto dan Chandra M Hamzah.
Anggodo bersama-sama dengan Ary Muladi secara sah dan meyakinkan terbukti melakukan pemufakatan jahat untuk melakukan perbuatan korupsi, yakni mencoba menyuap pimpinan dan penyidik KPK. Upaya suap lebih dari Rp 5 miliar tersebut dilakukan guna menggagalkan penyidikan kasus korupsi Sistem Komunikasi Radio Terpadu (SKRT) di Departemen Kehutanan melibatkan Anggoro yang kini masih buron. Dengan terbuktinya pasal 21 dan terdapat nama Ary dalam putusan tersebut, Sugeng khawatir jika Ary terseret dalam perkara menghalang-halangi penyidikan seperti Anggodo. "Ary menghalang-halangi itu tidak. Karena pertama, kronologis itu palsu." kata Sugeng. "Yang melaporkan pasal 21 itu saya, yang dilimpahkan oleh Mabes Polri itu kan pasal percobaan penyuapan. Tapi, yang melaporkan pasal 21 menghalangi penyidikan itu kami pada 13 November. Jadi, tidak mungkin Ary mau melaporkan hal itu kalau dia terlibat," papar Sugeng. Dia juga menjelaskan, bahwa peran Ary dan Anggodo dalam perkara percobaan suap tersebut berbeda. Bahkan dalam pemeriksaan di Mabes Polri, kliennya itu mencabut berita acara pemeriksaan sebelumnya yang mengatakan dirinya memberi Rp 5 miliar kepada pimpinan KPK, Bibit Samad Rianto dan Chandra M Hamzah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar